Pyo-pyo's blog

Cerita yang ingin aku bagi kepada dunia.

Kamis, 19 Februari 2009

Cerita Dari Yogya, Part Two..

Cerita ini sebenarnya sudah lama mau diposting, cuma saking sibuknya saya di rumah alhasil tulisan ini postingnya telat. Yah…gak apa-apa deh…soalnya saya penganut paham, biar lambat asal posting. Hehehe…

Liburan panjang kemarin saya dan kakak saya yang nomor dua pergi pulang kampung. Buat saya ini sih pulang kampung yang ketiga dalam dua bulan belakangan (jadi rasanya gak se-exited yang pertama), sementara buat kakak saya yang nomor dua ini adalah pulang kampungnya yang pertama dalam tahun ini. Liburan kali ini bertepatan dengan libur Natal dan tahun baru, jadi bisa kebayang dong gimana semangatnya orang-orang untuk liburan. Itu juga yang saya lihat waktu cari tiket kereta untuk mudik di Stasiun Senen. Banyak banget yang ngantri di tempat pemesanan tiket, dan waktu saya lihat jadwal kereta, kebanyakan kereta sudah penuh sampai menjelang Natal. Akhirnya saya pesan tiket untuk keberangkatan tanggal 27 Desember, dengan tujuan Kutoarjo. Sebenarnya sih Kutoarjo itu masih jauh dari rumah nenek saya yang ada di Wates, tapi setelah mendapat kabar kalau kami bakal dijemput, akhirnya saya membeli dua tiket kereta bisnis Sawunggalih jurusan Pasar Senen-Kutoarjo. Mentang-mentang liburan harga tiket jadi ikut-ikutan naik. Menurut pengumuman yang ada, harga tiket kereta bisnis Sawunggalih dari Pasar Senen-Kutoarjo harusnya hanya Rp80.000,- tapi waktu saya bayar harganya jadi Rp120.000,-. Ampun deh…masa naiknya 50%? Bisa aja nih PT. KAI cari duitnya.


Perjalanan berjalan lancar, kakak saya yang baru beli kamera buat pulang kampung sibuk memfoto sawah-sawah yang ada di perjalanan. “Ini keren tau Rie, di Jakarta mana bisa lu liat yang beginian?” komentar kakak saya. “Lah…di Jakarta mah sawah udah diganti sama mall kali..” batin saya. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 9 jam, akhirnya kami sampai di Kutoarjo. Kami dijemput oleh salah seorang tetangga nenek saya dan ibu saya. Dari stasiun Kutoarjo, kami masih harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dengan menggunakan mobil untuk sampai ke rumah nenek.


Akhirnya kami sampai di rumah nenek saya, tujuan utamanya sih liburan (terutama buat kakak saya), plus mengengok bude yang sakit. Setelah bertemu dengan nenek saya, kami ke rumah Bude saya yang jaraknya hanya 200 meter dari rumah nenek saya. Bude saya itu baru saja kena stroke, ibu saya yang untuk sementara ini merawatnya bersama dengan ayah saya. Sekedar informasi, ayah dan ibu saya berasal dari kampung yang sama. Rumah Bude saya sekarang adalah rumah nenek saya dari pihak ayah, yang berarti rumah tempat ayah saya besar. Terus terang saya suka iri jika mendengar cerita teman-teman. Mereka bisa punya dua tempat yang dikunjungi pada saat pulang kampung, rumah dari pihak ayah dan ibunya. Sementara saya cuma punya cerita dari satu tempat saja. Tapi mungkin ini yang namanya jodoh, ibu saya berjodoh dengan ayah saya yang notabene adalah tetangganya sendiri. Saya jadi ingat, beberapa waktu yang lalu, seorang teman saya, sesama mantan karyawan Ganeca menikah. Saya kaget waktu tahu siapa calonnya. Ternyata teman kami sendiri. Dulu mereka satu divisi, duduknya malah cuma berjarak kurang dari dua meter! Lagi-lagi namanya juga jodoh… Kalau saya menikah nanti, semoga saya bertemu dengan orang yang asalnya tidak sama dengan saya, jadi saya bisa mengunjungi daerah lain. Hehehe…


Pergi ke Yogya tidak lengkap tanpa mengunjungi Malioboro. Yup…apa artinya ke Yogya kalau tidak ke Malioboro? Kami pergi ke Malioboro dua kali. Yang pertama memang punya tujuan untuk shopping dan beli oleh-oleh, yang kedua beli oleh-oleh lagi plus plesiran ke daerah wisata, seperti Keraton Yogyakarta, Taman Sari, dan Benteng Vredeburg.


Dari wates kami naik kereta Prambanan Ekspress (keretanya mirip-mirip KRL AC Kota-Bogor) dari stasiun Wates. Harga tiketnya tujuh ribu rupiah. Penuhnya hampir mirip sama KRL Ekonomi Kota-Bogor. Mungkin karena rutenya yang lumayan jauh yaitu Kutoarjo-Solo Balapan, makanya yang naik juga bejubelan. Kami memutuskan untuk naik kereta ini karena jarak tempuhnya yang cuma setengah jam ke kota Yogya, sementara kalau menggunakan mobil bisa sampai satu jam perjalanan. Turun di Stasiun Tugu, kami cuma perlu jalan sedikit atau kalau mau terasa seperti turis bisa naik becak atau andong untuk sampai di Malioboro.


Kakak saya punya hobi belanja, kalau dia belanja bisa makan waktu sampai berjam-jam, dan benar dugaan saya. Hampir semua barang diliriknya, belum lagi kalau barang yang dia cari belum ketemu, kami bisa balik lagi ke tempat yang semula. Kalaupun sudah berhenti di sebuah kios, dia bisa memilih barang lamaaaaaaaa (saya tekankan huruf “a” nya yang banyak, karena memang lama sekali, hampir satu jam untuk memilih, menimbang, dan akhirnya memutuskan untuk membeli sebuah barang). Kaki saya rasanya mau copot kalau menemani kakak saya belanja.


Layaknya kebiasaan yang dimiliki oleh keluarga kami, setiap pulang kampung, kami selalu nyekar terlebih dahulu ke makam keluarga. Di situ ada banyak kuburan. Kuburan kakek nenek, kakek nenek buyut, om, sepupu, dan keluarga yang lainnya. Setiap nyekar, sambil menabur kembang, ibu saya selalu cerita mengenai silsilah keluarga kami yang super duper njlimet. Sampai sekarang saya tidak pernah bisa hafal susunan kekerabatan di keluarga luas saya. Kayaknya saya perlu membuat pohon kekerabatan (seperti yang saya pelajari waktu ikut mata kuliah Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan) deh, masa anak antrop gak ngerti susunan kekerabatannya sendiri? Malu ah…


Di rumah nenek, saya dan kakak saya sempat bermain sepeda. Norak ya? Emang. Habis di Jakarta lahannya sempit, mau main sepeda juga kurang asik. Kalau di desa kan jalanannya masih lengang, jadi enak buat main sepeda. Sejak dari Jakarta, kakak saya ngidam banget pengen main sepeda ke sawah. Akhirnya kami main sepeda di jalanan dekat sawah. “Keren ya Rie, kayak di film-film” kata kakak saya sambil mengayuh sepedanya meninggalkan saya yang keteteran di belakang. Saya sih cuma ingat film Korea Endless Love yang diperankan Song Hye Gyo, yang ada adegan tokoh utamanya pergi ke sekolah naik sepeda melewati sawah di pinggir jalannya. Ngomong-ngomong soal sepeda, terakhir kali saya naik sepeda adalah waktu saya SD, itu berarti sudah bertahun-tahun saya tidak naik sepeda. Saya memang bisa naik sepeda, tapi saya kesulitan ketika naik pertama kali, waktu jalan pun kadang saya kesulitan mengendalikan sepeda itu. Kalau sudah jalan, jangan suruh saya berhenti karena itu bisa jadi masalah besar buat saya. Ketika akan berhenti saya rasanya seperti mau menabrak apapun yang ada di depan saya. Saya bahkan sempat terjatuh dan hasilnya nyilu-nyilu sampai beberapa hari. Kayaknya yang dibilang sama Lusi bener deh, saya memang punya masalah keseimbangan. Buktinya saya sering kesandung atau keserimpet tiba-tiba dan tanpa sebab.


Tanggal 3 Januari 2009, saya dan kakak saya pulang ke Jakarta, dengan membawa dua kardus tambahan yang bikin bawaan jadi tambah berat. Pulang-pulang saya langsung tidur gara-gara ngantuk berat plus rada masuk angin karena naik kereta malam. Cerita kali ini asik juga, lumayan buat penghilang stres dari rutinitas kehidupan Jakarta.


PS: sebenernya mau nambahin poto waktu liburan, tapi kakak saya menghilangkan semua gambar yang ada di kameranya. Haduh….gimana sih? Gak bisa mejeng deh…

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda